NIM : G1D014070
Mekanisme
tersedak
Makanan dikunyah oleh mulut (bolus) didorong ke
belakang mengenai dinding posterior faring oleh gerakan involunter lidah. Pada
proses ini ada pembentukana makanan yang dilakukan oleh gigi geligi, lidah,
palatum mole, otot-otot pipi dan saliva untuk menggiling dan membentuk bolus
dengan konsistensi dan ukuran yang siap ditelan dengan disadari.
Kerongkongan sebagai jalan masuknya makanan
dan minuman secara anatomi terletak dibelakang tenggorokan (saluran
pernapasan). Kedua saluran ini sama-sama berhubungan dengan lubang hidung dan mulut. Diantara
kerongkongan dan tenggorokan ada sebuah katup yang dinamakan epiglotis.
Epiglotis secara bergantian menutup tenggorokan dan kerongkongan. Saat menelan
makanan, katup menutup tenggorokan menutup agar makanan lewat kerongkongan.
Proses terjadinya tersedak:
1.
Terjadi akibat mitasi pada saraf phrenic
(saraf yang menyediakan diafragma- penyedia otot antar dada dan perut) maka
gerakan diafragma tidak akan berkoordinasi dengan dada lagi sehingga terjadi
tersedak. Diafragma membantu pernapasan dengan cara naik dan turun yang
mengurani dan menanmbah ukuran dada sehingga memungkinkan paru-paru untuk
melebar ketika kita bernapas.
2.
Terjadi Karen epiglottis yang seharusnya
menutup pada saluran pernapasan tetapi terbuka pada saat makan karena diiringi
dengan bicara.
3.
Terjadi di sebabkan adanya obstruksi
atau tidak sempat inspirasi akibat batuk hebat. Tersedak juga merupakan reflex
dalam usaha mengeluarkan benda asing dari dalam laring , trakea. (Herawati, Sri
dan Rukmini, S. 2004)
Tersedak dapat terjadi karena beberapa faktor antara
lain,
1. Faktor
personal yaitu umur (paling sering pada anak < 4 tahun) jenis kelamin
(perempuan lebih sering daripada laki-laki), pekerjaan, kondisi social, tempat
tinggal
2. Kegagalan
mekanisme perlindungan yang normal misalnya pada saat tidur, kesadaran menurun,
mabuk dan epilepsy
3. Faktor
fisik yaitu adanya kelainan bawaan dan kelainan neurologik
4. Faktor
kejiwaan
Gejala orang yang mengalami tersedak adalah
batuk-batuk, karena batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk
mengeluarkan benda asing dari tenggorokan. Sesak nafas, tidak ada suara atau
suara serak, mengi, juga merupakan gejala tersedak benda yang berukuran besar.
Tersedak dapat mengakibatkan :
1. Berhentinya
nafas karena jalan nafas tersumbat, kekurangan O2 terjadi hipoksia, kerja otot pernapasan
meningkat, ada penumpukan sisa pembakaran (CO2), mengganggu susunan
system saraf pusat, yang mengakibtakan tertekannya saraf pusat nafas di system
saraf tersebut dan terjadilah henti nafas.
2. Henti
jantung yang dikarenakan tersumbatnya jalan nafas, O2 berkurang, terjadi
hipoksia, pasokan darah untuk jantung berkurang yang mengakibatkan jantung
tidak dapat berkontraksi dan terjadilah henti jantung.
3. Pingsan
dapat terjadi karena tersedak mengkibatkan perenggangan kerongkongan, stimulasi
saraf vagal (refleks abnormal). Degup jantung mengendur, volume darah yang
dipompa ke jantung menurun, otak kekurangan zat asam yang mengakibatkan
seseorang pingsan
Tindakan yang cepat dan tepat dilakukan dalam
mengatasi tersedak ini adalah sebagai berikut :
1. Membatukkan
benda asing keluar melalui mulut, bila benda asing keluar dari hidung, hrus
segera dibersihkan agar tidak menyumbat hidung.
2. Pada
anak kecil, dapat dibntu dibantu dengan membalikan anak dengan kepala di bawah
menepuk-nepuk punggung dan tengkuk hingga benda asing terbatukkan keluar
3. Bila
benda asing menyumbat total saluran nafas yang ditani dengan sesak tidak adanya
suara, maka dapat dilakukan pertolongan dengan perasat Heimlich dengan cara :
a. Bila
korban berdiri, penolong berada di belakang korban lalu melingkarkan tangan ke
dada pasien sedangkan kepalan berada di perut pasien bagian atas, kemudian
hentakan tangan kea rah belakang atas secara tiba-tiba dengan tujuan benda asing akan terdorong keluar karena tekanan yang
dihasilkan.
b. Bila
korban terbaring, baringkan korban dengan kepala lurus dan leher tidak tertekuk
ke samping. Lalu penolong berda di samping korban dan letakkan kepalan tangan
pada perut bagian atas dan lakukan penekanan kea arah bawah atas agar benda
asing terdorong keluar.
c. Pada
anak kecil, korban dipangku oleh penolong lalu dengan 2 atau 3 jari saja
laukaakn penekanan pada perut bagian atas sedangkan bil anak terbaring lakukan
hal yang sama seperti orang dewasa hanya saja penolong hanya menggunakan
jari-jarinya saja.
Referensi
Herawati, Sri
dan Sinta Rukmini. (2004). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan Untuk Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi.
Jakarta: EGC
0 komentar:
Posting Komentar