Pages

Selasa, 23 Desember 2014

Tersedak

NAMA: Reksa Dhia Putra
NIM    : G1D014070




Mekanisme tersedak
Makanan dikunyah oleh mulut (bolus) didorong ke belakang mengenai dinding posterior faring oleh gerakan involunter lidah. Pada proses ini ada pembentukana makanan yang dilakukan oleh gigi geligi, lidah, palatum mole, otot-otot pipi dan saliva untuk menggiling dan membentuk bolus dengan konsistensi dan ukuran yang siap ditelan dengan disadari.

                    
       Kerongkongan sebagai jalan masuknya makanan dan minuman secara anatomi terletak dibelakang tenggorokan (saluran pernapasan). Kedua saluran ini sama-sama berhubungan dengan  lubang hidung dan mulut. Diantara kerongkongan dan tenggorokan ada sebuah katup yang dinamakan epiglotis. Epiglotis secara bergantian menutup tenggorokan dan kerongkongan. Saat menelan makanan, katup menutup tenggorokan menutup agar makanan lewat kerongkongan.
            Proses terjadinya tersedak:
1.      Terjadi akibat mitasi pada saraf phrenic (saraf yang menyediakan diafragma- penyedia otot antar dada dan perut) maka gerakan diafragma tidak akan berkoordinasi dengan dada lagi sehingga terjadi tersedak. Diafragma membantu pernapasan dengan cara naik dan turun yang mengurani dan menanmbah ukuran dada sehingga memungkinkan paru-paru untuk melebar ketika kita bernapas.
2.      Terjadi Karen epiglottis yang seharusnya menutup pada saluran pernapasan tetapi terbuka pada saat makan karena diiringi dengan bicara.
3.      Terjadi di sebabkan adanya obstruksi atau tidak sempat inspirasi akibat batuk hebat. Tersedak juga merupakan reflex dalam usaha mengeluarkan benda asing dari dalam laring , trakea. (Herawati, Sri dan Rukmini, S. 2004)





Tersedak dapat terjadi karena beberapa faktor antara lain,
1.      Faktor personal yaitu umur (paling sering pada anak < 4 tahun) jenis kelamin (perempuan lebih sering daripada laki-laki), pekerjaan, kondisi social, tempat tinggal
2.      Kegagalan mekanisme perlindungan yang normal misalnya pada saat tidur, kesadaran menurun, mabuk dan epilepsy
3.      Faktor fisik yaitu adanya kelainan bawaan dan kelainan neurologik
4.      Faktor kejiwaan
Gejala orang yang mengalami tersedak adalah batuk-batuk, karena batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeluarkan benda asing dari tenggorokan. Sesak nafas, tidak ada suara atau suara serak, mengi, juga merupakan gejala tersedak benda yang berukuran besar.
Tersedak dapat mengakibatkan :
1.      Berhentinya nafas karena jalan nafas tersumbat, kekurangan O2  terjadi hipoksia, kerja otot pernapasan meningkat, ada penumpukan sisa pembakaran (CO2), mengganggu susunan system saraf pusat, yang mengakibtakan tertekannya saraf pusat nafas di system saraf tersebut dan terjadilah henti nafas.
2.      Henti jantung yang dikarenakan tersumbatnya jalan nafas, O2 berkurang, terjadi hipoksia, pasokan darah untuk jantung berkurang yang mengakibatkan jantung tidak dapat berkontraksi dan terjadilah henti jantung.
3.      Pingsan dapat terjadi karena tersedak mengkibatkan perenggangan kerongkongan, stimulasi saraf vagal (refleks abnormal). Degup jantung mengendur, volume darah yang dipompa ke jantung menurun, otak kekurangan zat asam yang mengakibatkan seseorang pingsan
Tindakan yang cepat dan tepat dilakukan dalam mengatasi tersedak ini adalah sebagai berikut :
1.      Membatukkan benda asing keluar melalui mulut, bila benda asing keluar dari hidung, hrus segera dibersihkan agar tidak menyumbat hidung.

2.      Pada anak kecil, dapat dibntu dibantu dengan membalikan anak dengan kepala di bawah menepuk-nepuk punggung dan tengkuk hingga benda asing terbatukkan keluar
3.      Bila benda asing menyumbat total saluran nafas yang ditani dengan sesak tidak adanya suara, maka dapat dilakukan pertolongan dengan perasat Heimlich dengan cara :

a.       Bila korban berdiri, penolong berada di belakang korban lalu melingkarkan tangan ke dada pasien sedangkan kepalan berada di perut pasien bagian atas, kemudian hentakan tangan kea rah belakang atas secara tiba-tiba dengan tujuan benda asing  akan terdorong keluar karena tekanan yang dihasilkan.
b.      Bila korban terbaring, baringkan korban dengan kepala lurus dan leher tidak tertekuk ke samping. Lalu penolong berda di samping korban dan letakkan kepalan tangan pada perut bagian atas dan lakukan penekanan kea arah bawah atas agar benda asing terdorong keluar.
c.       Pada anak kecil, korban dipangku oleh penolong lalu dengan 2 atau 3 jari saja laukaakn penekanan pada perut bagian atas sedangkan bil anak terbaring lakukan hal yang sama seperti orang dewasa hanya saja penolong hanya menggunakan jari-jarinya saja.

Referensi
Herawati, Sri dan Sinta Rukmini. (2004). Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan Untuk Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC

0 komentar:

Posting Komentar


Chat Box