Pages

Selasa, 23 Desember 2014

SENDAWA



Nama   : Reksa Dhia Putra
NIM    : G1D014070
SENDAWA


Bersendawa sesekali saat atau sesudah makan adalah hal yang biasa atau dapat dikatakan normal dan merupakan proses keluarnya gas saat perut penuh dengan makanan. Namun, jika didapatkan orang yang sering bersendawa hal tersebut dapat menelan terlalu banyak udara dan melepaskannya sebelum udara masuk perut. Beberapa individu percaya bahwa menelan udara kemudian mengeluarkan udara tersebut akan meringankan ketidaknyamanan gangguan tertentu. Individu ini dapat secara sengaja atau tidak sengaja mengembangkan kebiasaan bersendawa untuk meringankan rasa ketidaknyamanan di dalam perut.
Menurut  Vela dkk (2013) sendawa dapat diartikan sebagai suara ketika udara atau gas keluar dari esofagus menuju ke tenggorokan. Istilah medis untuk sendawa itu sendiri adalah eruktasi. Sendawa dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sendawa lambung dan sendawa supragastric. Sendawa lambung merupakan kegiatan involunter (tidak disadari) dan dikendalikan secara penuh oleh refleks.

Menurut Bredenoord (2013) sendawa lambung ialah keluarnya udara intragastric yang tertelan menuju ke esofagus selama TLESR. TLESR adalah singkatan dari Transient Lower Esophageal Sphincter Relaxation. TLESR itu sendiri disebabkan oleh distensi perut proksimal, dimana hal ini memungkinkan ventilasi udara dari perut. Ventilasi udara ini berfungsi dalam mekanisme dekompresi lambung dan mencegah lewatnya volume udara yang besar dari pilorus ke duodenum. Oleh karena itu, TLESR sering juga disebut sendawa lambung. Setelah di esofagus, distensi esofagus yang disebabkan oleh refluks udara memulai relaksasi reflexogenik dari upper-esophageal sphincter (UES) sehingga udara dapat lolos dari esofagus. Sendawa lambung ini terjadi 25-30 kali per hari dan hal ini bersifat fisiologis. Sendawa supragastric bukan merupakan aktivitas reflek, tetapi lebih merupakan hasil dari perilaku manusia.

Bersendawa menurut Avunduk (2008) disebabkan oleh eruktasi dari udara yang tertelan. Sendawa bisa terjadi jika volume normal udara tertelan tidak dapat masuk ke usus halus proksimal karena gangguan motilitas, gastroparesis atau obstruksi lambung, atau karena adanya kompeten LES (Lower esophageal sphincter). Dengan demikian, pasien dengan GERD (Gastroesophageal Reflux Disease), karsinoma lambung, ulkus peptikum, atau uremia mungkin mengeluhkan bersendawa. Pasien dengan penyakit kandung empedu sering bersendawa untuk alasan yang tidak diketahui. kadang-kadang bersendawa adalah kebiasaan gugup, dan udara yang tertelan bahkan tidak dapat mencapai perut sebelum eruktasi terjadi. Jarang menyemburkan gas keruh berbau menunjukkan stasis lambung kronis atau fistula gastrokolik.
Beberapa hal yang harus dihindari untuk mengurangi sendawa, yaitu :
1.      Mengunyah permen karet terlalu lama.
2.      Meminum minuman berkarbonasi
3.      Meminum dengan menggunakan sedotan
4.      Meminum minuman yang terlalu panas.
5.      Makan atau mengunyah  terlalu cepat.
6.      Hidung tersumbat, mendengkur dan sindrom sleep apnea.

Menurut Abdullah R, (2005) beberapa hal yang turut menyebabkan sendawa ialah apabila seseorang tersebut terlalu sensitive apabika dipegang, yang mana angin akan bertolak keluar apabila badan individu itu di sentuh. Dalam keadaan ini, otot badan akan menjadi keras sekaligus perut akan menjadi tegang dan angin pula bertolak keluar sehingga individu tersebut sendawa. Kira-kira 70 paratus daripada punca sendawa bukan berpunca pada factor organik. Lazimnya seseorang tersebut akan sembuh dalam tempo satu tahun. Bagaimanapun, sangat penting bagi semua orang untuk mengenali sendawa. Ini karena, salah satu pertanda seseorang tersebut berpenyakit kanker dan penyakit tertentu yang apabila mereka kerap sendawa dalam tempoh yang lama yaitu sehingga tujuh tahun.

Adapun beberapa penyakit yang dikaitkan dengan sendawa:
1.      Kanker perut
2.      Kanker esophagus
3.      Peptik Ulser
4.      Duodenal Ulser
5.      Peningkatan asam di dalam perut
6.      Kembung perut
7.      Infeksi helicobacter pylori
8.      Batu dalam empedu
9.      Sembelit

 Referensi:
 
Abdullah R, (2005). Kesehatan Keluarga. Kuala Lumur: PTS MILLENNIA

Bredenoord, Albert J. (2013). Management of Belching, Hiccups, and Aerophagia. Journal CLINICAL GASTROENTEROLOGY AND HEPATOLOGY. Vol. 11; 6-12

Vela, dkk. 2013. Manual Gastroesophageal reflux disease. USA: John Willey & sons

0 komentar:

Posting Komentar


Chat Box