Pages

Selasa, 23 Desember 2014

Menguap



Nama   : Reksa Dhia Putra
NIM    : G1D014070
MENGUAP

Mengapa saya menguap?? Menguap bukanlah sekedar hohh- ahemmm. Tapi ada sedikit riset yang mendukung tentang perkara menguap ini seperti mengapa kita menguap, kapan kita menguap dan apa fungsi dari menguap itu
Menguap merupakan perilaku manusia yang lazim karena dilakukan sepanjang hidup. Menguap bisa dijelaskan dengan perilaku mulut menganga disertai dengan menghirup napas lama yang diikuti dengan mengeluarkan napas dengan singkat. Menguap juga berperan dalam mekanisme membukanya saluran eustachius dan untuk menyesuaikan tekanan udara di telinga tengah.
Menguap memiliki beberapa fungsi penting secara klinis bagi kesehatan. Ada atau tidak adanya tindakan menguap dapat dijadikan sebagai gejala adanya luka-luka di otak, tumor, perdarahan, dan ensefalitis. Menguap juga merupakan faktor terapeutik yang penting dalam mencegah komplikasi-komplikasi pernafasan pasca bedah. Menguap biasanya dihubungkan dengan mengantuk, bosan, dan tingkat-tingkat perangsangan yang rendah. Menguap juga lebih sering terjadi ketika individu mengamati gejala-gejala yang tidak menarik daripada bila mengamati hal-hal yang menarik.
Menurut Dr. Provine dan rekan-rekannya mengatakan “Hanya sedikit hipotesis tentang fungsi menguap yang telah die evaluasi”. Laju menguap tidak diperlancar maupun ditekan denganmenghembuskan gas-gas dengan tingkat-tingkat karbon dioksida atau oksigen yang tinggi. Para peneliti juga melaporkan bahwa menguap juga tidak dipengaruhi latihanolahraga.
Dr. Provine dalam Juan (2005) menyatakan bahwa laju menguap tidak diperlancar maupun ditekan dengan menghembuskan gas karbondioksida dengan tingkat tinggi atau menghirup oksigen dengan tingkat tinggi. Hal ini secara langsung mematahkan hipotesis umum yang ada di kalangan masyarakat bahwa menguap dipengaruhi oleh kadar karbondioksida ataupun oksigen dalam darah. Para peneliti juga melaporkan bahwa menguap juga tidak dipengaruhi oleh latihan olahraga berat.

Hubungan antara menguap spontan dengan rasa kantuk merupakan hal yang dapat dilihat dengan jelas.  Pengalaman pribadi maupun evaluasi ilmiah mendukung tentang hubungan yang tak terpisahkan dari menguap dengan rasa kantuk. Ini menyiratkan adanya beberapa kegiatan fisiologi dan dasar biokimia yang saling mempengaruhi antara menguap dengan rasa kantuk.

Penelitian tentang menguap telah menghasilkan banyak kemungkinan zat dan struktur yang berperan dalam mekanisme menguap. Bukti klinis dan farmakologis menunjukkan bahwa hipotalamus (terutama inti paraventrikular), bulbus dan wilayah sekitar pons dengan koneksi frontal terlibat dalam memicu menguap. Banyak koneksi antara bulbus dan sistem ascending aktif retikuler yang sebagian besar terlibat dalam ritme tidur-bangun dan modulasi tingkat gairah. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang tak terpisahkan antara menguap dan mengantuk.

Selain itu, di antara beberapa neurotransmitter dan neuropeptida yang terlibat dalam pengendalian menguap ada yang bersifat sebagai fasilitator dan ada juga yang bersifat sebagai penghambat. Adrenocortikotropin, α-melanocyte-stimulating hormone, asetilkolin, dopamin, oksida nitrat, asam amino rangsang dan oksitosin memiliki efek fasilitasi, sementara serotonin dan noradrenalin memiliki efek yang berbeda, yaitu bisa sebagai fasilitator ataupun sebagai efek penghambat sesuai dengan reseptor yang terlibat. Gamma-aminobutyric acid dan peptida opioid memiliki efek penghambatan. Zat-zat tersebut merupakan zat-zat yang yang diketahui telah terlibat dalam regulasi tidur-bangun (Walusinski, 2010).

Dr. Steven M. Platek dan para kolagenya (Leyner dan Goldberg, 2006) mengatakan bahwa menguap yang menular mungkin terkait dengan aspek empati terhadap sikap mental yang ditunjukkan oleh seseorang dan secara negatif dipengaruhi oleh peningkatan kecenderungan untuk menderita skizofrenia ringan, sama seperti gerak atau sikap tubuh lain yang terjadi dengan sendirinya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa orang secara tidak sadar meniru ketika melihat orang lain menguap.

Menguap meringankan ketidaknyamanan telinga dan masalah pendengaran yang umum dialami oleh orang-orang selama perubahan ketinggian dengan cepat di pesawat terbang dan lift. Hal ini dicapai dengan membuka tabung eustachius akibat kontraksi dan relaksasi tensor tympani dan otot stapedius.


Referensi:
Juan, Stephen. 2005. Tubuh Ajaib. Membuka misteri-misteri aneh dan menakjubkan tubuh kita. Jakarta: gramedia.

Walusinski, Olivier. 2010. The mystery of yawning in physiology and disease. Switzerland: Reinhardt Druck

Leyner dan Goldberg. 2006. Mengapa pria punya puting susu? : Ratusan pertanyaan yang tak berani anda tanyakan pada dokter. akarta: gramedia.

0 komentar:

Posting Komentar


Chat Box