Nama : Reksa
Dhia Putra
NIM : G1D014070
MENGUAP
Mengapa saya menguap?? Menguap bukanlah sekedar hohh-
ahemmm. Tapi ada sedikit riset yang mendukung tentang perkara menguap ini
seperti mengapa kita menguap, kapan kita menguap dan apa fungsi dari menguap itu
Menguap
merupakan perilaku manusia yang lazim karena dilakukan sepanjang hidup. Menguap
bisa dijelaskan dengan perilaku mulut menganga disertai dengan menghirup napas
lama yang diikuti dengan mengeluarkan napas dengan singkat. Menguap juga
berperan dalam mekanisme membukanya saluran eustachius dan untuk menyesuaikan
tekanan udara di telinga tengah.
Menguap
memiliki beberapa fungsi penting secara klinis bagi kesehatan. Ada atau tidak
adanya tindakan menguap dapat dijadikan sebagai gejala adanya luka-luka di
otak, tumor, perdarahan, dan ensefalitis. Menguap juga merupakan faktor
terapeutik yang penting dalam mencegah komplikasi-komplikasi pernafasan pasca
bedah. Menguap biasanya dihubungkan dengan mengantuk, bosan, dan
tingkat-tingkat perangsangan yang rendah. Menguap juga lebih sering terjadi
ketika individu mengamati gejala-gejala yang tidak menarik daripada bila mengamati
hal-hal yang menarik.
Menurut Dr. Provine dan rekan-rekannya mengatakan
“Hanya sedikit hipotesis tentang fungsi menguap yang telah die evaluasi”. Laju
menguap tidak diperlancar maupun ditekan denganmenghembuskan gas-gas dengan
tingkat-tingkat karbon dioksida atau oksigen yang tinggi. Para peneliti juga melaporkan
bahwa menguap juga tidak dipengaruhi latihanolahraga.
Dr.
Provine dalam Juan (2005) menyatakan bahwa laju menguap tidak diperlancar
maupun ditekan dengan menghembuskan gas karbondioksida dengan tingkat tinggi atau
menghirup oksigen dengan tingkat tinggi. Hal ini secara langsung mematahkan
hipotesis umum yang ada di kalangan masyarakat bahwa menguap dipengaruhi oleh
kadar karbondioksida ataupun oksigen dalam darah. Para peneliti juga melaporkan
bahwa menguap juga tidak dipengaruhi oleh latihan olahraga berat.
Hubungan
antara menguap spontan dengan rasa kantuk merupakan hal yang dapat dilihat
dengan jelas. Pengalaman pribadi maupun evaluasi
ilmiah mendukung tentang hubungan yang tak terpisahkan dari menguap dengan rasa
kantuk. Ini menyiratkan adanya beberapa kegiatan fisiologi dan dasar biokimia
yang saling mempengaruhi antara menguap dengan rasa kantuk.
Penelitian
tentang menguap telah menghasilkan banyak kemungkinan zat dan struktur yang
berperan dalam mekanisme menguap. Bukti klinis dan farmakologis
menunjukkan bahwa hipotalamus (terutama inti paraventrikular),
bulbus dan wilayah
sekitar pons dengan koneksi frontal terlibat
dalam memicu menguap. Banyak koneksi antara bulbus
dan sistem ascending
aktif retikuler yang sebagian besar
terlibat dalam ritme tidur-bangun dan modulasi
tingkat gairah. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang tak
terpisahkan antara menguap dan mengantuk.
Selain itu,
di antara beberapa neurotransmitter
dan neuropeptida yang
terlibat dalam pengendalian menguap
ada yang bersifat sebagai fasilitator dan ada juga yang bersifat sebagai
penghambat. Adrenocortikotropin, α-melanocyte-stimulating hormone, asetilkolin, dopamin, oksida nitrat,
asam amino rangsang
dan oksitosin memiliki efek
fasilitasi, sementara serotonin dan noradrenalin memiliki
efek yang berbeda, yaitu bisa sebagai fasilitator ataupun
sebagai efek penghambat sesuai dengan
reseptor yang terlibat. Gamma-aminobutyric acid dan peptida opioid memiliki efek
penghambatan. Zat-zat tersebut merupakan zat-zat yang yang diketahui
telah terlibat dalam regulasi tidur-bangun (Walusinski, 2010).
Dr. Steven M. Platek dan para kolagenya (Leyner dan
Goldberg, 2006) mengatakan bahwa menguap yang menular mungkin terkait dengan
aspek empati terhadap sikap mental yang ditunjukkan oleh seseorang dan secara
negatif dipengaruhi oleh peningkatan kecenderungan untuk menderita skizofrenia
ringan, sama seperti gerak atau sikap tubuh lain yang terjadi dengan sendirinya.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa orang secara tidak sadar meniru ketika melihat
orang lain menguap.
Menguap meringankan ketidaknyamanan telinga dan masalah
pendengaran yang umum dialami oleh orang-orang selama perubahan ketinggian dengan cepat di pesawat terbang dan lift. Hal ini dicapai dengan membuka tabung eustachius akibat kontraksi
dan relaksasi tensor tympani dan otot stapedius.
Referensi:
Juan,
Stephen. 2005. Tubuh Ajaib. Membuka misteri-misteri aneh dan menakjubkan tubuh
kita. Jakarta: gramedia.
Walusinski,
Olivier. 2010. The mystery of yawning in physiology and disease. Switzerland:
Reinhardt Druck
Leyner
dan Goldberg. 2006. Mengapa pria punya puting susu? : Ratusan pertanyaan yang
tak berani anda tanyakan pada dokter. akarta: gramedia.
0 komentar:
Posting Komentar